Puluhan Siswi SMP di Pekanbaru Sayat Tangan Setelah Menonton Video Medsos, Apa Kata Psikolog Anak?

Jumat, 5 Oktober 2018 10:23 WIB

Istimewa

Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Rizky Armanda

Psikolog anak, Violetta Hasan Noor ikut menyoroti soal kasus 55 orang siswa SMP di Pekanbaru, yang melakukan aksi nekat menyayat tangan beberapa waktu lalu.

Dimana ternyata setelah ditelusuri, aksi menyayat tangan itu tidak terkait dengan pengaruh atau efek dari mengonsumsi salah satu minuman berenergi.


Melainkan, perbuatan tak semestinya itu terjadi lantaran anak-anak tersebut menonton sebuah video di media sosial, yang memperlihatkan aksi menyayat tangan.

Disebutkan Violetta, biasanya orang yang menyayat dirinya, ada indikasi mereka mengalami tekanan secara psikologis.

Hal ini disebabkan beberapa faktor, misalnya dari keluarga, lingkungan, teman, dan lain-lain.

Dalam hal ini, medsos menjadi salah satu faktor utama yang membuat mereka akhirnya meniru adegan berbahaya tersebut.

Baca: Penemuan Tengkorak Manusia Ungkap Kasus Pembunuhan Berencana yang Dilakukan Dua Pelajar

"Karena mereka tidak tahu cara menghadapi tekanan stres, tidak punya kemampuan pengelolaan emosi dan penyelesaian masalah (problem solving)," kata Violetta, Kamis (4/10/2018).

Selain itu kata dia, anak-anak ini kemungkinan tidak punya kemampuan komunikasi yang baik untuk dapat mengungkapkan masalah yang dialaminya kepada orang lain.

"Akhirnya mereka mengambil jalan yang salah," sambung dia.

Violetta menyampaikan, dari aksi menyayat tangan itu, mereka bisa dapat kepuasaan.

Dalam artian, rasa sakit itu sendiri yang menjadikan mereka merasa puas.

Dia menuturkan, kalau tidak ditangani dengan baik dan sesegera mungkin, aktivitas menyimpang itu bisa semakin parah, kemungkinan besar bunuh diri akan terjadi.

"Karena rasa sakit yang sudah biasa mereka rasakan, lama-kelamaan mereka tidak merasa sakit lagi dan mereka bisa melakukan aksi yang lebih parah lagi," tegasnya.

Baca: Mantan Atlet Tinju Bali Ditemukan Meninggal di Teras Rumahnya, Diduga Terkena Serangan Jantung

Violetta menambahkan, anak usia remaja seperti ini memang sedang berada dalam masa labil untuk mencari jati diri.

Jika tak diawasi dengan baik, maka potensi pengaruh teman dan lingkungan akan jadi besar.

"Intinya yang sangat penting itu peranan orangtua, aktif memantau anaknya. Karena kebanyakan orangtua hanya fokus pada anak saat masih usia dini," jelasnya.

"Sementara itu, anak yang semakin tumbuh besar dalam pikiran orangtua sudah tidak butuh perhatian, seharusnya di masa itu yang perlu perhatian. Jangan sampai mereka out of track (keluar jalur)," tandasnya.



Sumber
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==