Kisah Sugiarti, Istri Jamaah Indonesia yang Meninggal saat Sujud di Masjid Nabawi

Diterbitkan 12.01, 20/07/2018


Kisah Sugiarti, Istri Jamaah Indonesia yang Meninggal saat Sujud di Masjid Nabawi
(Sugiarti memperlihatkan foto suaminya Sukardi yang meninggal di Masjid Nabawi, Madinah (Amril/Okezone))

Sugiarti tidak banyak berkata-kata, dia lebih sering tertunduk lesu, matanya sesekali meneteskan air mata, dengan sapu tangan di tangannya yang terus mengusap wajahnya yang agak sembap.

Sugiharti memang tidak pernah menyangka kalau hari itu adalah terakhir pertemuan dengan suaminya. Ia harus berpisah dan kehilangan suami tercintanya untuk selama-lamanya. Suaminya Sukardi dikabarkan meninggal dunia ketika tengah menjalankan ibadah salat ashar di rakaat ketiga sujud kedua.

“Subhanallah, meninggalnya bagus banget, dia disamping saya sama-sama salat berjamaah, saat dalam keadaan sujud kedua,” cerita Bambang Ismanto, salah satu rekan satu kamar almarhum.

Bambang Kiswoto, rekan satu kloter yang sholat satu shaf dengan Sukardi jadi saksi. Usai rakaat ketiga, konsentrasi Bambang pecah. Dia mendengar suara aneh. "Seperti orang ngorok," kata Bambang.




Sugiarti (Amril/Okezone)

Bambang mengira, suara itu berasal dari bocah disampingnya. Ternyata, dugaan itu meleset. Itulah suara terakhir yang dibuat Sukardi. Sukardi sempat mendapat pertolongan pertama. Dia dirawat di Rumah Sakit Anshori. Tapi, apa daya. Sukardi dinyatakan meninggal dunia.

Firasat Sang Istri

Suasana kepanikan menyelimuti ruang kamar di Hotel Elaf Nafheel, ketika itu Sugiharti tak henti hentinya menghubungi suaminya. Ia pun gelisah. Ia terus mencari tahu keberadaan suaminya, Sukardi Ratmo Dihardjo, 59 tahun. Dia memanggilnya Mas Kardi.

Dari kamar hotel suasanya hatinya berkecamuk. Sugiarti bingung. Ada firasat yang dirasakannya.

Jawaban atas firasat buruknya datang. Ada seorang pria yang mendatangi ke kamarnya. Pria itu utusan Ketua Rombongan Kloter JKG 01. "Pak ustaz mau ngomong," kata sang pria.


Foto Sukardi yang meninggal di Masjid Nabawi (Amril/Okezone)

Perasaan Sugiarti pun makin tidk karuan, ia pun segera bertemu Pak Ustaz. Ritme jantungnya naik. Suasana berubah haru. "Kata Pak Ustaz, 'bapak sudah tidak ada' (meninggal dunia), " ujar Sugiarti, di Madinah, Kamis, 19 Juli 2018.

Siang itu, Sugiarti yang mengenakan jilbab merah jambu memutar ingatan. 24 jam sebelumnya. Usai pulang dari Raudhah. Tempat yang dijanjikan Rasulullah. Sukardi mengajaknya sholat Zuhur.

Kata terakhir Sukardi kepadanya membekas. Lelaki kelahiran 30 Juni 1959 itu berbicara manfaat sholat berjamaah di Masjid Nabawi. Usai salat Zuhur, mereka akan melanjutkan ibadah hingga Isya. Tetapi, rencana berkata lain. Sukardi dikabarkan meninggal saat sholat.

Certificate of Death (COD) yang diterima Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) menyatakan Sukardi yang merupakan warga Ujung Menteng, RT 001/002, Cakung, Jakarta Timur itu meninggal karena cardiac rest. Sugiarti menyebut, sang suami memang memiliki gejala jantung.

Sebelum berangkat haji, Sukardi sempat dirawat di RS Omni Jakarta. Dia hendak dipasangi ring. "Tapi ternyata alatnya nggak bisa masuk," ujar Sugiarti sembari terisak.

Di Tanah Air, Sugiarti sempat menguatkan batin sang suami. "Moga-moga di tanah suci diangkat penyakitnya, apalagi bapak itu orang baik, sangat santun dengan siapa saja yang ditemuinya," kenang Sugiarti lirih.

Kini Sugiarti harus sendiri di Tanah Suci. Meski kehilangan suami, niat haji Sugiharti tak ingin terhenti. Sebab, dia dan Sukardi telah menantikan saat-saat ini. Tujuh tahun masa penantian bisa bersama sama suami berangkat ke tanah Haram, namun kini suasananya sudah berbeda. Ia tidak menyangka bahwa hari itu, menjadi yang terakhir melihat suami tercinta.

Namun ia bertekad tetap kuat dan fokus beribadah haji, untuk mendoakan suami tercinta di tanah suci agar khusnul khatimah. Dia pun harus rela kendati jenazah sang suami tidak bisa dipulangkan ke tanah air, tapi langsung di makamkan di tanah suci.

Ia juga berharap dapat membadalkan haji sang Sukardi. Beruntung, untuk harapan ini, Kementerian Agama menjamin badal haji jemaah yang meninggal sebelum proses haji.

Nantinya, keluarga dari jemaah yang meninggal akan mendapatkan sertifikat badal haji itu.

Sumber
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==