Kisah Haru Aswardi, Anggota Banser yang Tewas Demi Selamatkan Buah Hati

CP name Suara.com  Reporter Reza Gunadha Upload Date & Time
Diterbitkan 15/04/2018 16:32

Seorang anggota Banser Kota Madiun meninggal setelah menyelamatkan anaknya yang tertimbun reruntuhan bangunan. [Madiunpos/Abdul Jalil]
Suara.com - Aswardi, anggota Barisan Ansor Serba Guna (Banser) Kota Madiun, meninggal dunia setelah berjibaku menyelamatkan nyawa putranya yang tertimbun  reruntuhan atap rumahnya, Sabtu (14/4/2018).

Panca Bagus Andrianto (20), tidak menyangka, Sabtu pagi itu merupakan akhir perjumpaannya dengan sang ayah, Aswardi.

Dia tidak menyangka ayahnya meninggal dunia dalam sebuah kisah tragis yang baru saja menimpa keluarganya. Sang ayah menolongnya dari reruntuhan bangunan yang menimpa tubuhnya.

Suasana duka menyelimuti rumah yang berada di Jalan Panglima Sudirman, Gang Sepuhan, RT25/RW9 Kelurahan Pangongangan, Kecamatan Manguharjo, saat wartawan Madiunpos—jaringanSuara.com ke sana, Sabtu siang.

Puluhan orang memadati halaman rumah dan sebagian mengenakan seragam loreng khas Banser. Aswardi merupakan salah satu anggota Banser Kota Madiun.

Aswardi tercatat sudah belasan tahun mengabdikan diri sebagai anggota di badan otonom ormas Nahdlatul Ulama (NU) itu.

Panca Bagus Andrianto menceritakan, saat itu dirinya masih tidur di kamarnya sekitar pukul 06.30 WIB.

Sedangkan ayah bersama ibunya, Toinem, juga berada di rumah setelah semalaman berjualan makanan di Alun-alun Kota Madiun yang lokasinya hanya sekitar 200 meter dari rumahnya.

Tiba-tiba sekitar pukul 07.00 WIB, atap dan tembok yang ada di kamarnya roboh. Material bangunan menimpa tubuh pemuda lulusan SLTA itu.

Aswardi langsung masuk ke kamar itu dan menyelamatkan Panca dari timbunan reruntuhan bangunan itu.

"Ayah saya memegang tangan saya dan kemudian menarik tubuh yang sudah tertimbun material bangunan," jelas dia kepada Madiunpos.com, di sela-sela pemakaman ayahnya.

Setelah berhasil diselamatkan, Panca yang mengalami luka-luka di bagian kepala dan beberapa bagian tubuhnya langsung dilarikan ke RSUD Sogaten.

Namun, justru sang ayah yang kemudian berada dalam kondisi kritis.

Debu yang sangat pekat dari reruntuhan bangunan itu dihirup Aswardi dan menjadikan dadanya sesak.

Aswardi yang memiliki riwayat jantung mengalami sesak nafas dan setelah itu langsung dibawa ke RSUD Dr Soedono Madiun.

"Setelah menolong dan membawa saya ke rumah sakit. Saya tidak tahu apa yang terjadi pada ayah. Tahu-tahu saat pulang sekitar pukul 09.00 WIB. Ayah sudah dimandikan," ujar dia yang mengenakan baju koko dan sarung itu.

Panca menuturkan, robohnya atap dan tembok kamarnya bukan karena bencana alam atau angin kencang. Bangunan itu roboh karena usia yang sudah tua.

Sebelum peristiwa itu, keluarga tersebut sudah berencana merenovasi total rumah mereka. Aswardi juga telah mengumpulkan uang dan renovasi direncanakan dimulai pada 20 April mendatang.

Beberapa hari sebelumnya, kata Panca, Aswardi juga telah memperbaiki atap teras rumah.

"Jadi sebelumnya, ayah memang sudah tahu bangunan rumah mau roboh. Ayah juga sudah memiliki firasat itu dan makanya mau diperbaiki. Tapi sebelum sempat diperbaiki rumah sudah roboh duluan," jelas dia.

Panca mengakui sudah mengikhlaskan kepergian ayahnya. Dia berdoa semoga ayahnya diterima di sisi Tuhan.

Berita ini kali pertama diterbitkan madiunpos.com dengan judul “Aksi Heroik Anggota Banser Selamatkan Anaknya Hingga Korbankan Nyawanya”


Sumber
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==