Kisah di Balik Pembangunan Monumen Nasional

Diterbitkan 12/07/2018 19:58

KOMPAS/Ignatius Sunito
Monumen Nasional dilihat dari arah Air Mancur Bank Indonesia, 1974.

Pembangunan Monumen Nasional (Monas) membutuhkan waktu hingga 14 tahun.
Penancapan beton pertama oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1961 menjadi penanda dimulainya pembangunan.
Monas dibangun atas ide Soekarno yang menginginkan sebuah monumen pengingat perjuangan bangsa. Monumen yang dijumpainya di banyak negara.
Setelah hampir 14 tahun, Monas diresmikan Presiden Soeharto pada 12 Juli 1975.

Bentuk Monas

Bentuk Monas merupakan gagasan Soekarno yang ingin monumen ini menggabungkan bentuk lingga dan yoni.

Lingga digambarkan dengan tugu obelisk yang menjulang tinggi dan adanya lidah api yang dilapisi emas. Filosofisnya, melambangkan perjuangan yang terus menerus.Sementara, yoni adalah pelataran cawan yang berada di bawah tugu tersebut.

Kedua lambang ini menandakan kesuburan dan keharmonisan yang saling melengkapi dalam sejarah Indonesia.

Monas terdiri atas 117,7 meter obelisk dengan landasan persegi setinggi 17 meter.

Beberapa kisah Monas

Dikutip dari Harian Kompas, 14 Juli 1965, pembangunan Monas dipersiapkan dengan baik. Terutama, jalan-jalan silang sekitar Monas yang diaspal untuk menunjang proses pembangunan.

Pembangunan museum sejarah di bawah monumen juga mengalami perkembangan yang baik.
Tim sejarah, tim lukis, dan tim boneka mengerjakan beberapa areal museum dengan kerja sama satu dengan yang lain.

Beberapa ornamen dan patung-patung yang ada di museum sejarah bisa diselesaikan dengan baik.

Dikutip dari Harian Kompas, 20 Agustus 1966, para tour guide sudah mempersiapkan diri untuk memandu di Museum Sejarah di Monas. Sebanyak 27 tour guide itu telah dinyatakan lulus pendidikan.

Pada 17 Agustus 1966, Museum Sejarah di Monas resmi dibuka oleh Presiden Soekarno.
Setelah resmi dibuka, wisatawan lokal maupun asing bisa datang dan dipandu oleh tour guide yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Pada 1968, mulai dilakukan pembangunan Jakarta Fair.
Harian Kompas, 15 Maret 1968, menyebutkan, pembangunan ditandai dengan penyembelihan dan penanaman kepala 3 ekor kambing di sebelah selatan Tugu Monas sebagai pelambang batu pertama.

Pada 16 Juni 1968, Jakarta Fair pertama dibuka oleh Soeharto. Digelarnya Jakarta Fair diharapkan menjadi daya tarik tersendiri untuk pengunjung.
Selain berwisata ke Monas, pengunjung juga bisa menikmati wisata belanja di Jakarta Fair.
Meski belum dibuka secara resmi, beberapa bangunan di sekitar Monas sudah diresmikan dan dikembangkan dengan maksimal.
Untuk biaya masuk, awalnya dikenakan biaya dengan potongan. Pada Juni 1975, Pemprov DKI Jakarta menyatakan tidak akan memberlakukan lagi potongan biaya masuk Monas.
Biaya masuk saat itu adalah Rp 500 untuk ke puncak dan Rp 100 hanya sampai ruang tenang.

Pada 12 Juli 1975, Monumen Nasional diresmikan oleh Presiden Soeharto dan dibuka untuk umum dengan harga tiket masuk disesuaikan.

Penulis: Aswab Nanda PratamaEditor: Inggried Dwi Wedhaswary


Sumber
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==