Mirip Jokowi, Mahasiswa UII Malah Tersandung Masalah

Diterbitkan 09.09, 06/09/2018

Dimas Aji Pratama, mahasiswa baru Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, ramai dibicarakan di media-media sosial karena parasnya dianggap mirip Presiden Jokowi.

Dimas Aji Pratama, mahasiswa baru Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, ramai dibicarakan di media-media sosial karena parasnya dianggap mirip Presiden Jokowi.
Suara.com - Dimas Aji Pratama, mahasiswa baru Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, ramai dibicarakan di media-media sosial karena parasnya dianggap mirip Presiden Jokowi.

Sekilas, wajahya sangat mirip, apalagi ketika Dimas tersenyum. Tidak hanya berparas wajah mirip Joko Widodo, dirinya juga menggunakan nama Jokowi di emblem jaket yang dibuat sejak berada di bangku SMA.

“Dikenal mirip jokowi sudah sejak zaman SMP di Batang, pas zaman Jokowi jadi presiden juga. Lebih serunya lagi waktu itu penah didandani, mulai rambut lalu difoto. Dari zaman SMA, saya lebih dikenal sebagai Jokowi ketimbang nama asli, ya sudah, pas mau buat jaket almanater, saya pakai nama Jokowi saja, agar lebih diingat,’’ kata Dimas saat ditemui di indekosnya, Rabu (4/9/2018).

Namun Dekan FH UII Abdul Hamil ternyata berkeberatan Dimas menggunakan nama Jokowi pada emblem jaket almamater.

Jamil menegaskan, Dimas tidak lagi boleh menggunakan nama Jokowi selama berada di kampus. Sebab, dikhawatirkan bakal memicu konflik.

“Intinya, ini kan tahun politik, pakai nama Jokowi akan menimbulkan persepsi tak benar, kami tidak mau menimbulkan persoalan di kampus. Dimas Adi Pratama mungkin fans Jokowi, atau wajahnya mirip Jokow. Tapi kalau dia pakai nama Jokowi kan tak bagus,  karena namanya bukan Jokowi,’’ kata Abdul Jamil saat dihubungi melalui saluran telepon.


Dimas Aji Pratama, mahasiswa baru Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, ramai dibicarakan di media-media sosial karena parasnya dianggap mirip Presiden Jokowi.


Abdul Jamil menegaskan, mahasiswa bebas menentukan pilihan dalam berpolitik, namun kampus adalah ruang yang netral sehingga tidak boleh membawa perlengkapan atau atribut yang berkaitan dengan kepentingan politik menjelang pemilihan presiden.

“Saya ingin memberikan pemahaman, saya tidak melarang berpolitik, tapi jangan bawa wahana politik ke kampus. Kan politik hak orang, namun jangan sampai membawa atribut politik di kampus,’’ ujar Abdul Jamil.

Menanggapi hal tersebut, Jamil akan memanggil Dimas untuk memberikan saran agar tidak lagi menggunakan nama Jokowi yang kental bernuansa politik.

"Besok paling lambat saya akan panggil, jangan pakai nama itu lagi. Saya ingin di UII netral, kami memberikan kebebasan, silakan ngefans siapa tentukan pilihan siapa, tapi jangan sampai bawa atribut ke kampus," ungkap Jamil.


Sumber
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==