Curhat, Maaf, hingga Sindiran dalam Pidato Terakhir Sandiaga...

Diterbitkan 08.29, 28/08/2018

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno didampingi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan keterangan pers di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta, Kamis (9/8/2018). Prabowo dan Sandiaga Uno resmi maju mencalonkan diri sebagai pasangan capres dan cawapres pada Pilpres 2019

Senin (27/8/2018) kemarin menjadi terakhir kalinya bakal calon wakil presiden Sandiaga Uno menghadiri rapat paripurna di Gedung DPRD DKI Jakarta.

Dia menghadiri paripurna pemberhentian dirinya sendiri sebagai wakil gubernur.
Di sana, Sandiaga sekaligus membacakan pidato terakhirnya di depan anggota DPRD DKI dan pejabat DKI Jakarta. Banyak hal yang disampaikan Sandiaga.

Dalam pidatonya, Sandiaga curhat mengenai alasannya memilih berhenti dari jabatan wagub. Padahal, seharusnya dia bisa mengambil cuti.

"Mempertimbangkan betapa besar tugas seorang wakil gubernur, betapa berat kerja di Jakarta, dan menghindari risiko politisasi jabatan, menjauhkan dari mudharat pejabat yang mengintervensi dan menyalahgunakan birokrasi, anggaran, dan fasilitas, maka saya memilih ikhlas berkorban untuk tidak mengambil cuti," ujar Sandiaga.

Sandiaga mengatakan dia juga ingin mendahulukan kepentingan warga Jakarta di atas kepentingannya sendiri. Selain itu, keputusan ini juga untuk memberi kepastian kepada wagub yang baru nanti.
Dia ingin wagub yang baru bisa bekerja maksimal menggantikannya bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Permintaan maaf

Pidato itu juga dimanfaatkan Sandiaga untuk meminta maaf kepada warga DKI Jakarta. Dia meminta maaf karena tidak bisa menjalani pemerintahan selama 5 tahun seperti janjinya kerja tuntasnya.

"Saya juga memohon maaf tidak bisa menuntaskan amanah lima tahun yang telah diberikan kepada saya. Tapi saya percaya Pak Anies (Gubernur Anies Baswedan) dan wakil gubernur baru lebih mampu menuntaskan janji-janji kerja dan komitmen," kata Sandiaga.

Dia juga meminta maaf atas sikap dan perbuatannya yang tidak berkenan di hati.

Permintaan maaf ini dia sampaikan tidak hanya untuk warga Jakarta. Namun, juga untuk para anggota Dewan dan Anies Baswedan.

"Mohon agar selalu dapat saling ikhlas memafkan dan mendoakan, demi kebaikan Ibu Kota Jakarta, dan kemaslahatan bangsa Indonesia," ujar dia.

Kepada para anggota Dewan, Sandiaga merasa kerja sama yang baik telah terjalin selama ini. Dia merasa proses demokrasi dan perbedaan pendapat selama ini berlangsung teduh dan beretika.

Sindiran-sindiran

Sandiaga membacakan pidatonya dengan teks. Namun, sesekali dia berimprovisasi atas pidatonya itu.

Sindiran-sindiran kecil pun keluar dari pidato formal terakhirnya.
Misalnya, setelah membacakan kalimat pengunduran dirinya, Sandiaga langsung berkelakar banyak yang berbahagia atas pengundurannya itu.

"Banyak yang senyum ini kelihatannya," ujar Sandiaga.
Mereka yang hadir dalam rapat paripurna pun tertawa. Sandiaga cuek dan langsung melanjutkan pidatonya.
Dia kemudian juga menyindir DPRD DKI Jakarta. Dia mengaku akan merindukan ruang VIP, tempat para pimpinan menunggu rapat paripurna dimulai.

Sebab di sana selalu dipenuhi makanan-makanan enak. Namun, juga dipenuhi dengan bau asap rokok.
Padahal, kata Sandiaga, perda larangan merokok dibuat di gedung yang ditempati anggota Dewan ini.
"Makananya selalu enak di situ dan selalu tercium aroma rokok. Walaupun Perda-nya diciptakan di ruangan ini juga," kata Sandiaga.

Penulis: Jessi Carina Editor: Kurnia Sari Aziza


Sumber
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==